Kamis, 19 April 2012

tentang bangkitnya islam di akhir zaman

BANGKITNYA KEJAYAAN ISLAM DI AKHIR ZAMAN

Secara garis besar periode sejarah
kepemimpinan Islam terbagi ke dalam
lima periode utama berdasarkan
sebuah Hadits Shahih Nabi riwayat
Imam Ahmad:
“Periode an-Nubuwwah (kenabian) akan berlangsung pada kalian dalam
beberapa tahun, kemudian Allah
mengangkatnya, setelah itu datang
periode khilafatun ‘ala minhaj an- Nubuwwah (kekhalifahan atas
manhaj kenabian), selama beberapa
masa hingga Allah ta ’aala mengangkatnya, kemudian datang
periode mulkan aadhdhon
(penguasa-penguasa yang
menggigit) selama beberapa masa,
selanjutnya datang periode mulkan
jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam
beberapa masa hingga waktu yang
ditentukan Allah ta ’aala, setelah itu akan terulang kembali periode
khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw
diam,” (HR Ahmad 17680). Periode pertama adalah
Kepemimpinan langsung Nabi
Muhammad yang disebut sebagai
masa An-Nubuwwah (Kenabian).
Periode kedua merupakan
Kepemimpinan para sahabat utama yakni Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin
Khattb, Utsman bin Affan dan Ali bin
Abi Thalib yang dikenal dengan
julukan Khulafaur Rasyidin. Di dalam
hadits tersebut periode ini dikenal
sebagai periode Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah (Kekhalifahan yang
mengikuti Manhaj/Sistem/Metode/
Cara Kenabian). Sesudah itu, kata Nabi, pada periode
ketiga umat Islam akan mengalami
kepemimpinan para Mulkan
’Aadhdhon (Para Raja/Penguasa yang Menggigit). Ini merupakan periode
dimana umat Islam memiliki para
pemimpin umat yang tetap mengaku
dan dijuluki sebagai Khalifah
(pemimpin umat). Mereka masih
menyebut pemerintahannya sebagai Khilafah Islamiyyah (Kekhalifahan
Islam/Pemerintahan Islam), namun
pola penetapan seorang khalifah
kepada khalifah berikutnya
menggunakan cara pewarisan tahta
laksana sistem kerajaan turun- temurun, tidak berdasarkan cara
musyawarah. Itulah sebabnya mereka
dijuluki oleh Nabi sebagai para Mulkan
atau Raja-raja. Kemudian disebut
sebagai Mulkan ’Aadhdhon (Para Raja/Penguasa yang Menggigit)
karena betapapun keadaannya, para
raja tersebut masih ”menggigit” Al- Qur’an dan As-Sunnah, dua sumber utama nilai-nilai dan hukum-hukum
Islam, kendati tidak sebaik para
Khulafaur Rasyidin yang
”menggenggam” Al-Qur ’an dan As- Sunnah. Pada periode ketiga ini, Dunia
Islam tampak mengalami degradasi
dibandingkan pada periode kedua.
Namun demikian, sebagai sebuah
sistem, maka periode ketiga masih
menyaksikan berlakunya sistem Islam dalam hal pemerintahan. Masalahnya
tinggal apakah khalifah (pemimpin)
yang memimpin merupakan sosok
yang adil ataukah zalim. Ada kalanya
adil seperti Umar bin Abdul Aziz,
namun ada kalanya juga seorang yang zalim. Periode ini merupakan
periode paling lama dalam sejarah
Islam, ia berlangsung sekitar 13 abad,
semenjak Kekhalifahan Bani Umayyah,
lalu dilanjutkan oleh Kekhalifahan
Bani Abbasiyyah, kemudian Kekhalifahan Bani Umayyah di
Spanyol, dan berakhir dengan
Kekhalifahan Turki Utsmani. Lalu bagaimana gerangan nasib umat
Islam selanjutnya? Berdasarkan hadits
Nabi riwayat Imam Ahmad tersebut,
Nabi menyebutkan bahwa periode
keempat disebut sebagai periode
Mulkan Jabbariyyan (Para Raja/ Penguasa yang Memaksakan
Kehendak) alias para penguasa yang
memaksakan kehendak yang berarti
mengabaikan kehendak Allah dan
RasulNya. Saudaraku, periode itulah
yang sedang kita lalui sekarang ini. Suatu periode dimana umat Islam
hidup tanpa seorang khalifah
(pemimpin umat) yang layak
memimpin dan melindungi mereka.
Tidak saja kehilangan seorang
khalifah, namun umat Islam bahkan tidak lagi dinaungi oleh sistem
pemerintahan Islam bernama Khilafah
Islamiyyah (sistem pemerintahan
Islam Al-Khilafah Al-Islamiyyah) yang
tepatnya dimulai sejak tanggal 3 Maret
1924 ketika Mustafa Kemal Pasha di Turki memproklamirkan pembubaran
sistem pemerintahan Islam tersebut.
Suatu pemerintahan yang
sesungguhnya merupakan warisan
ideologis-sosial-politik-b
udaya umat yang bermula sejak kepemimpinan Nabi Muhammad di
kota Madinah 15 abad yang lalu. Pada
periode inilah umat Islam Babak Belur.
Umat Islam terkotak-kotak (terbagi-
bagi) menjadi lebih dari 50 negara.
Tidak menjadi satu kesatuan di bawah satu orang pemimpin (khilafah) lagi
seperti pada ketiga periode terdahulu.
Inilah periode paling kelam dalam
sejarah Islam. Umat Islam menjadi
“santapan” musuh-musuhnya dikarenakan mereka terpecah-pecah.
Bisa kita saksikan sekarang, dimana
kita, umat Islam ini menjadi umat yang
dengan mudahnya “dipermainkan ” oleh orang-orang non-Islam. Saudaraku, betapapun pahitnya
periode keempat ini, tidak selayaknya
kita berputus asa dan kehilangan
harapan bahwa sesungguhnya harga
diri kita sebagai umat terbaik di dunia
dapat dibangun kembali. Sebab berdasarkan hadits periodisasi
di atas kita temukan harapan dimana
Nabi kita menyatakan bahwa periode
keempat ini bukanlah periode terakhir
sejarah umat Islam. Masih ada satu
periode lagi yang akan kita jelang, yaitu periode kelima, suatu periode
berjayanya kembali umat ini dengan
tegaknya kembali Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah (Kekhalifahan
yang mengikuti Manhaj/Sistem/
Metode/Cara Kenabian). Pada periode
ini, Umat Islam akan menyaksikan
munculnya kembali para pemimpin
sekaliber Khulafaur Rasyidin di akhir zaman. Umat Islam akan kembali
menyatu di bawah satu orang
pemimpin (khilafah). Umat Islam akan
memiliki kembali rumah syar ’i mereka, yaitu Al-Khilafah Al-Islamiyyah (sistem
pemerintahan Islam). Umat Islam akan
kembali menjadi “pemimpin dunia” seperti pada masa periode pertama,
kedua, dan ketiga. Umat Islam akan
kembali menjadi umat yang disegani
di dunia.
Insya Allah, periode itu akan kita
songsong. Yang paling penting sekarang ini umat Islam harus
memelihara kesabaran, istiqomah dan
optimisme mereka akan masa
depannya sebagai umat terbaik di
dunia, sebagai umat Rahmatan Lil
’Alamin. Saudaraku, semoga penjelasan
singkat mengenai Hadits Shahih Nabi
Muhammad SAW riwayat Imam Ahmad
ini bisa menjadi penambah semangat
kita di dalam beriman dan beribadah
kepada Allah SWT. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar